Rintihan hujan pagi tadi, berakhir dengan
rintihan airmataku disela doa sehabis sholat di penghujung senja hari ini..
PERIH, aku tak tau apakah kata itu cukup,
untuk menderskirpsikan perasaan seorang mahasiswa semester 4 yang mentalnya
masih lembek seperti aku.
Sore tadi, tepat pukul 17:45 WIB, tanganku
gemetar memegang Handphone, bertanya jawab dengan seorang yang cukup hebat dan tinggi jabatannya
di ujung telepon. Siapalah aku dimatanya.. hanya seorang bocah, yang belum
mengerti apa-apa tentang hidup, apalagi pengalaman untuk event besar seperti ini. Ku genggam erat
handphoneku, untuk mengurangi getaran dari gemetar sekujur tubuhku, suara yang
awalnya ku setel ramah serta ceria, lama kelamaan melemah, bergetar, dan mulai
kelu. “iya..iya pak..iya” hanya itu yang terlontar.
Aku, yang mendapat amanah mengetuai teman-temanku..
cukup terinjak dengan pembicaraan seseorang tersebut. Sekali lagi ku tegaskan,
siapalah aku ini dibanding Engkau Tuan. Aku tahu, dimatamu kami ini lemah,
kemampuan kami tak seberapa, mana bisa kami mewujudkan acara seperti itu.
Terlebih Beliau menyinggung soal dana, kami tahu kami tak kenal satu orangpun
relasi dari perusahaan-perusahaan besar yang mau menjadi sponsor tunggal acara
kami.
Tapi Tuan, apa engkau lupa bahwa kami ini
pemuda?
Jika kami punya semangat, kurasa itu lebih
dari sekedar modal apapun. Kami berjuang keras demi apa yang ingin kami capai, kami ikhlas
bersusah payah demi suksesnya acara itu.. tak sedikitpun terlintas difikiran
kami untuk mengikutkan kepentingan pribadi seperti mencari keuntungan atau
sejenisnya dari acara ini, yang kami cari hanya SATU. KEBANGGAAN ATAS
TERLAKSANANYA ACARA TERSEBUT HASIL DARI KERJA KERAS KAMI BERSAMA. Hanya itu
Tuan.
Maaf, bukan aku bermaksud hiperbola. Tapi,
sebagai seorang yang mengetuai teman-temanku, aku berjanji acara itu akan kami
laksanakan dengan SUKSES.
Aku akan melakukan apapun semaksimalku demi
keberhasilan acara itu. AKU BERJANJI.
Terimakasih Tuan. Aku tak membencimu. Aku
tahu, Engkau hanya seseorang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk mengajariku pelajaran
untuk tetap tegar tanpa henti dalam hidup ini. Tentang bagaimana seharusnya aku
bersikap, tentang apa itu menghargai orang lain, serta tentang kesabaran saat
aku dianggap rendah.
Lagi, mental lembekku terbina. Perbincangan
sore ini bagai cemeti yang menghantam hatiku berkali-kali. Sesak. Ya, aku
merasakannya. Tapi, aku ingat pesan Mama, “jadikan hal ini pengalaman dalam
hidup, jika hal itu tidak pernah terjadi, mungkin kau tidak pernah tau dan
tidak pernah merasakannya.. jalani saja, kau pasti bisa melewatinya”.
Aku percaya, Allah akan selalu membimbingku,
ridho Mama, Ridho-Nya Allah J terimakasih banyak yaa Allah, aku
masih diberi kesempatan untuk belajar.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Ingat, kau
bisa belajar dari kesalahan orang lain tanpa perlu melakukan kesalahan yang
sama.
draft 9 April 2014 :)
"saat itu aku berjanji, jika seminar kami berhasil sukses, maka tulisan ini akan ku posting"
dengan penuh kebanggaan, now i click "post" :)
Komentar
Posting Komentar